PERANAN IBU DALAM PENDIDIKAN ANAK

PERANAN IBU DALAM PENDIDIKAN ANAK

Anak, sebagai amanah kepada kedua orang tua, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ibunya. Ibu sebagai sekolah pertama bagi anak mempunyai kewajiban atas anak diantaranya adalah menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaita bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)”
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan Fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu. Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti (misalnya) mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan. Kemudian menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan Sunnah yang shahih. Allah berfirman yang artinya:
Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah. (QS .Muhammad: 19)


Karena perkembangan otak sangat cepat, daya ingat masih kuat. Bagi seorang ibu perlu memperhatikan hal berikut :
1. Pendidikan Ibadah
Ketika ibu menjalani kehamilan sampai melahirkan, tidaklah berat baginya untuk mengajak si calon bayi untuk ikut serta dalam melakukan ibadah harian. Seperi: sholat, puasa, baca Alquran, berdoa, berdzikir, dan lain sebagainya. Walau mungkin anak tidak paham apa yang dilakukan dan diinginkan ibunya, tapi ketika ia menginjak dewasa (baligh). Insya Alloh ibadah-ibadah tadi akan mudah diajarkan. Sebab sudah sering melihat dan mendengar, sehingga tak akan terasa berat menjalaninya.
2. Pendidikan Akhlak.
Pembiasaan akhlak yang baik tidak perlu menunggu anak dewasa. Dari sini harus sudah dibiasakan. Sebab kebiasaan yang baik, kalau tidak dibiasakan dalam waktu yang lama, sangat sulit untuk menjadi akhlak. Justru ketika kebiasaan baik tidak ada dalam diri kita, dengan sendirinya kebiasaan buruk akan menghiasinya tanpa harus dibiasakan.
Jika semenjak dalam kandungan seorang anak dibiasakan mencintai orang lain, maka ketika lahir, ia pun akan berusaha untuk mencintai orang lain. Apabila sifat-sifat ihlas, sabar, tawadlu, tabah, pemurah, suka menolong orang lain dan sebagainya dibiasakan, insya Alloh ketika anak sudah paham dan mengerti, akhlak-akhlak tadi akan menghiasi kehidupannya.
3. Pendidikan Akidah.
Bagaimana seorang ibu mampu menanamkan akidah sedini mungkin, sehingga anak meyakini bahwa kita hidup tidak semau kita. Tapi di sana ada pengatur, pengawas tujuan hidup, akhir dari kehidupan. Kemudian meyakini bahwa apa yang terjadi pada kita, pasti akan kembali pada sang kholiq. Hal itu terangkum dalam rukun iman yang enam. Ketika ia besar, ia tidak lagi ragu dan bingung mencari jati diri. Siapakah aku? untuk apa aku hidup? siapakah yang harus aku ikuti dan dijadikan idola ? Dan seterusnya.
Oleh sebab itu, Rosul menganjurkan kepada para pemuda yang sudah waktunya nikah, untuk memilih calon istrinya seorang wanita yang beragama dan berakhlak baik. Sebab dari wanita inilah, akan terlahir generasi yang beragama dan berakhlak baik juga. Ibu seperti inilah yang akan mengajarkan tuntunan agama yang telah terbiasa dan tertanam dalam dirinya. Di antara tuntunan tersebut adalah akhlak yang mulia. Sedangkan wanita yang cantik, pintar, atau kaya tidak menjamin akan melahirkan anak-anak yang berakhlak mulia.
Rasulullah Sallallahu’alaihiwassallam bersabda, yang artinya. Dari Abul Abbas Abdullah bin Abbas, dia berkata: Pada suatu hari aku membonceng di belakang Nabi, kemudian beliau berkata, ”Wahai anak. Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatiNya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu.Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah kering." Dan dalam riwayat lain (Beliau bersabda),"Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatiNya di hadapanmu. Perkenalkanlah dirimu kepada Allah ketika kamu senang, niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan. Ketahuilah, apa-apa yang (ditakdirkan) luput darimu,(maka) tidak akan menimpamu. Dan apa-apa yang (ditakdirkan) menimpamu, ia tidak akan luput darimu. Ketahuilah, bahwa pertolongan ada bersama kesabaran, kelapangan ada bersama kesempitan, dan bersama kesusahan ada kemudahan. "Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya. Ibu sebagai madrassatul ula terus membimbing dan mengajarkan anaknya untuk bisa melaksanakan sholat, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya serta mendahulukan keduanya, mengajarkan Al-quran dan menyuruh Anak-anak untuk mengahafalkannya, menanamkan kejujuran, menanamkan sifat sabar, menyadarkan kepada anak tentang berharganya waktu, menanamkan sifat pemberani, Ibu juga harus bersifat adil diantara anak-anak.

0 komentar:

Posting Komentar